Senin, 07 Mei 2012

ARTIKEL

NO SMOKING!!!!!
Rokok merupakan candu yang dilegalkan di banyak negara termasuk Indonesia.  Disebut candu karena memang rokok menyebabkan ketagihan pada orang yang mengkonsumsinya. Pada tingkat yang lebih parah, akan muncul pernyataan dari seorang perokok bahwa mereka lebih baik tidak makan daripada tidak merokok. Di tingkat masyarakat yang berpenghasilan pas-pasan, tak jarang mereka lebih mengutamakan uangnya untuk membeli rokok daripada untuk membeli lauk untuk keluarganya. Bisa dibayangkan betapa dahsyat pengaruh rokok pada diri seorang pecandu rokok.
Di sisi lain, semakin banyak orang yang menyadari  bahwa merokok merupakan kebiasaan yang buruk, namun belum bisa menghentikan kebiasaannya tersebut. Hal itu lebih disebabkan karena rokok  telah terlanjur menjadi simbol pergaulan di sebagian kalangan masyarakat. Sering kita mengetahui ungkapan terima kasih seseorang yang disampaikan dengan memberikan sebungkus rokok. Uang rokok, begitulah yang kita dengar. Sehingga tanpa disadari terjadi proses pembiasaan merokok di masyarakat. Padahal sebenarnya ada banyak mudharat dalam kebiasaan merokok ini.
PEMBOROSAN
Smoke is expensive habit. Begitulah, merokok memang merupakan kebiasaan yang mahal alias boros. Kita lihat fakta bahwa pada tahun 2008 lalu, tercatat bahwa jumlah perokok di Indonesia sudah di atas 40 juta orang. Meskipun tidak mustahil terjadi fenomena gunung es di mana jumlah perokok yang sesungguhnya bisa mencapai lebih dari itu. Maka yang terjadi kemudian adalah berapa banyak keborosan yang dilakukan oleh pecandu rokok di Indonesia.
Dengan asumsi jika seorang pecandu rokok menghabiskan 5 batang rokok per hari dan tiap batang rokok dihargai Rp 600,- maka tiap hari dilakukan pemborosan sebesar Rp 3000,-. Jika jumlah ini dikalikan dengan 50 juta orang Indonesia pecandu rokok maka tak kurang dari 150 milyar rupiah dibakar beramai-ramai  setiap harinya.
Suatu jumlah yang cukup fantastis di negara yang oleh Bank Dunia disebut sebagai bangsa miskin karena 114 juta penduduknya memiliki penghasilan kurang dari USD 2 per hari. Pemerintah RI sendiri mengklaim jumlah penduduk miskin ini “hanya” 40 juta orang dengan parameter penghasilan USD 1 per orang per hari.
Seandainya saja uang 150 milyar yang dibakar pecandu rokok beramai-ramai setiap harinya ini, digunakan untuk membangun Rumah Sangat Sederhana (RSS) seharga 20 juta rupiah, maka akan berhasil dibangun 7.500 buah rumah. Dalam  1 bulan 225.000 orang KK yang selama ini tidak memiliki rumah atau menghuni kolong-kolong jembatan dan rumah-rumah kardus akan mempunyai tempat tinggal yang layak. Bukankah akan lebih bermanfaat jika dana sebesar itu digunakan untuk mengentaskan kemiskinan yang semakin menggurita di negeri kaya sumber daya alam ini?
MEMATIKAN
Tak banyak orang tahu bahwa dalam sebatang rokok terkandung 4000 zat racun yang mematikan. Memang dalam tiap kemasan rokok bisa kita baca warning yang bertuliskan “Merokok menyebabkan kanker, serangan jantung, gangguan kehamilan dan janin, impotensi”.  Begitu pula dalam iklan-iklan rokok dan papan reklame. Namun sepertinya peringatan seperti itu belum bisa memberikan efek jera bagi para pecandu rokok.
Padahal lagi-lagi fakta telah berbicara, racun rokok telah membunuh rata-rata 39 orang Indonesia per harinya. Dan sepertinya jumlah itu belum akan terhenti karena produksi rokok dari tahun ke tahun terus bertambah dengan pesat seiring pertambahan jumlah penduduk. Pada tahun 2002 produksi rokok adalah 182 milyar batang dan pada tahun 2015 nanti diprediksi produksi rokok akan semakin tidak terbendung dan bisa mencapai 260 milyar batang.
Celakanya lagi, yang mendapat efek mematikan ini tak hanya mereka yang menghisap rokok. Perokok pasif yang ada di sekitar perokok aktif mendapat resiko yang jauh lebih besar. Wanita yang tidak merokok dan anak-anak yang tidak berdosa turut menghirup racun rokok dan akan berdampak pada kesehatan mereka.
Cukai rokok yang diterima pemerintah memang besar. Pada tahun 2009  saja pemerintah mendapat 48,2 triliun. Namun sesungguhnya biaya yang digunakan untuk pelayanan kesehatan masyarakat akibat rokok jauh lebih besar daripada itu. Pengalaman pada tahun-tahun lalu telah membuktikan hal itu.
SO, STOP SMOKING!
Membahas masalah rokok memang tidak akan habis-habisnya. Namun dari sedikit uraian di atas, bisa kita menyimpulkan bahwa rokok mengandung    banyak mudharat  dan  tidak ada manfaatnya sedikit pun. Alih-alih rokok menghilangkan stres, sebenarnya hal itu adalah efek dari adiksi atau kecanduan. Hanya 8 detik setelah hisapan pertama, para perokok akan segera mendapatkan rasa rileks yang sebetulnya adalah pemenuhan tuntutan nikotin pada syaraf-syaraf di otaknya. Ketika syaraf-syaraf tersebut menagih nikotin yang selalu disuplai lewat kebiasaan merokok, dia akan merasa tertekan dan tak dapat memusatkan pikirannya. Rasa tak nyaman itu akan hilang bila ia kembali merokok. Begitulah seterusnya, yang terjadi kemudian adalah lingkaran setan yang tak pernah berujung jika tidak ada kesadaran kita untuk menghentikannya.
Sayang jika rezeki yang kita peroleh disia-siakan tanpa manfaat. Dan lebih sayang lagi jika kita mengetahui bahwa saham sebuah perusahaan rokok terkenal beberapa tahun lalu telah dibeli 97%-nya oleh pengusaha Yahudi / Zionis. Dengan membeli rokok produksi perusahaan tersebut berarti kita telah mendukung keuangan untuk persenjataan Israel yang oleh negara ini selanjutnya digunakan untuk membunuhi saudara kita Muslim Palestina.
Fatwa haram rokok MUI selayaknya disambut dengan baik. Fatwa ini juga merupakan fatwa yang santun karena melarang merokok apalagi bila di tempat umum. Memang, karena rokok membahayakan. Mengenai hal ini, jauh-jauh hari Rasulullah telah bersabda dalam sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah bahwa janganlah kita membahayakan diri sendiri dan janganlah kita membahayakan orang lain. Rokok terbukti membahayakan diri sendiri dan juga membahayakan orang lain.
Beberapa pihak memang mengkhawatirkan dampak fatwa ini terhadap nasib ribuan para petani tembakau dan buruh perusahaan rokok. Namun dengan berkaca dari kisah masa lalu, di mana ketika turun ayat yang mengharamkan Khamr, semua penduduk Madinah yang gemar minum khamr serentak membuang semua persediaan khamr yang ada. Madinah banjir khamr. Demikian pula saat ini, rasanya akan lebih bijak jika kita meyakini bersama bahwa bumi Allah itu luas. Rezeki tak hanya datang dari satu arah, bahkan bisa datang dari arah yang tak disangka-sangka. Wallahu a`lam.

CARPON

STATUS
Wanci beuki nyerelek ka tengah peuting. Hanca pagawean teh tacan anggeus keneh wae geuning. Sakitu panon geus rada belel molototan layar komputer ti saprak beres solat Isya. Ah, mending tunda we heula da teu kuat geus cangkeul. Jeung geus rada teu purun deuih. Isukan rek diteruskeunna. Pagawean mah moal nunuturkeun ieuh.
Goledag awak ngagoledag kana kasur. Ragamang leungeun nyokot HP nu geus meunang ngecas. Sisinarieun geuning mani simpe teu aya nu ngasms-sms acan. Ka marana nya si Andri, si Otong nu sok rajeun pisan ngiriman sms ngaco nu meunang nga-forward tea. Sakapeung sok pikasebeleun tah smsna teh. Tapi nya lumayan oge ari nu pikaseurieun mah, teu burung sok hayang ngabarakatak. Nu masih diinget ku kuring salah sahiji smsna teh kieu:
Hayu urang nyandak pelajaran ti alam Ghoib:
TUYUL, leutik-leutik geus bisa ngala duit sorangan…. MANDIRI.
KUNTILANAK, susah senang tara eureun-eureun seuseurian hihihihi…..SELALU OPTIMIS.
POCONG, bajuna angger tara gonta-ganti…. SEDERHANA.
NYI RORO KIDUL, sanajan di laut tara make bikini….SOPAN.
JAELANGKUNG, datang tak dijemput, pulang tak diantar…..TARA NGAHESEKEUN BATUR.
Tuh, pan aya-aya wae smsna teh.
Ari si Enung, si Olin jeung si Yanti mah sok getol ngiriman sms mutiara teuing meunang ti mana tah. Nu puguh mah eusina sok munel pisan loba pulunganeunana. Ari smsna nu alus mah tara langsung dipupus, sok di-save heula ngarah aya teang-teangeun. Da lumayan atuh mun keur teu parurun nanaoun, ari macaan sms mutiara nu eusina motivasi mah, geuning sok rada sumanget deui. Geura we titenan ieu eusi sms nu dikirim ku Olin:
Daun yang jatuh tak pernah MEMBENCI angin.
Bahwa hidup harus menerima… dengan penerimaan yang INDAH.
Bahwa hidup harus mengerti… dengan pengertian yang BENAR.
Bahwa hidup harus memahami….. dengan pemahaman yang TULUS.
Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian dan pemahaman itu datang….
Tak masalah meski lewat kejadian yang SEDIH dan MENYAKITKAN…. 
Kitu geuning, rupa-rupa pisan tingkah paripolah babaturan teh. Tapi nu puguh mah bungah we asa haneuteun boga babaturan teu weleh ngahubungan sanajan maranehna boga kasibukan sewang-sewangan oge. Ayeuna sms we kitu ku kuring? Ah, tapi karunya geus peuting teuing bisi geus sarare. Mending muka pesbuk, ongkoh geus lila tara muka-muka.
Truk trek truk trek, leungeun mencetan tombol HP. Berebet kakaca pesbuk muka. Euleuh geuning mani loba nu menta dikonfirmasi hayang berteman. Jadi memeh nempoan status batur mending konfirmasian we heula, karunya…
Beres ngonfirmasian, kuring macaan status nu geus aya. Rek ngomentaran mun aya nu rame mah. Tapi tepi ka kakaca handap, asa teu aya nu perlu dikomentaran. Malah asa loba keneh nu lebay batan nu serius mah.  Atuh mending nyieun status we ah, hayang nyaho aya nu ngomentaran ta henteu engkena.
Kuring ngahuleng sajongjonan. Neangan ide keur nyieun status. Jorelat aya ide, asa alus yeuh mun ditaekkeun kana pesbuk sabab ieu mah datangna tina hate, estuning lain ukur lebay atawa hayang gagayaan. Terektek we kuring nulis…
Aku punya cinta
Yang dengannya aku hidup…
Dengannya aku kuat…
Dengannya aku tertawa, menangis,berbagi…
Dengannya aku berjuang…untuk sesuatu yang ingin kuraih…
Dengannya tiadaku menjadi ada…
Dengannya mustahilku menjadi mungkin…
Dengannya pula aku akan mati….
Menemui cinta sejatiku….
Beres. Klik kuring mencet tombol, bagikeun… Keun hayang nyaho aya nu komentar atawa minimal ngaklik suka ta moal. Tapi da ketang, teu hayang-hayang teuing dikomentaran. Ieu mah curhat we, ngedalkeun eusi hate. Meungpeung keur rada reugeujeug hehehe…..
Bari nungguan komentar, kuring mukaan heula google. Neangan berita naon nya? Ah enya, hayang nyaho mobil esemka ah. Lain nanaon, kuring ngarasa reueus, barudak SMK urang geus mampuh nyieun mobil sorangan. Pan hebat lin?
Dina berita pangluhurna eces ngajeblag: “Mobil esemka telah mengundang apresiasi dari banyak pihak. Indent mobil ini telah mencapai 5000 unit. Pemerintah diharapkan untuk mengakomodasi dan memfasilitasi agar mobil ini bisa segera diproduksi secara massal.”
Tuh, geuning mani geus loba kitu nu hayang make mobil esemka. Geus sakuduna pamarentah ngajungjungkeun ka produksi hasil karya budak bangsa sorangan. Ulah tepi ka aset jalma Indonesia nu palinter teh kalah ka dimangpaatkeun ku luar nagri sabab sasatna dimomorekeun di nagara sorangannana mah.
Ti mobil esemka, tuluy mukaan berita kana pesawat nu sarua keneh buatan budak SMK, ngan ieu mah di Bandung. Tapi eusi beritana asa rada matak heneg saeutik, pajarkeun teh “Pesawat buatan anak-anak SMK di Bandung telah berbulan-bulan teronggok menunggu izin terbang yang tak kunjung didapatkan.”
Haruh…., kumaha atuh masalah idin wae ge mani hese.  Kuduna mah tuluy dibere fasilitas pikeun kamajuan tehnologi bangsa teh ambeh teu beuki jauh tinggaleun ti bangsa deungeun. Bere peluang barudak palinter nu bisa ngangkat ajen bangsa di mata internasional. Ajen bangsa nu geus rawing dijejewet disasaak ku koruptor. Pan reueus lin mun urang milu makalangan dina hal tehnologi di antara nagara-nagara di dunya. Entong dina masalah korupsi we bangsa urang meunang juara teh.
Teuing kumaha tah korupsi bet mani beuki meuweuh we ti taun ka taun. Para koruptor siga geus leungit kaera. Beuki pagede-gede nilep duit nagara duit rahayat. Perkara gampang KPK mah. Hukum ceuk manehna bisa dibeuli. Korupsi milyar-milyar malah triliun-triliun tapi dihukum panjara paling ukur lima taun dalapan taun.  Di  panjarana teu susah teu sing keur maranehna koruptor nu loba duit ladang maling duit rahayat mah. Ruang panjara nu kuduna mah nya heureut nya sumpek, bisa disulap jadi rohangan mewah satarap hotel bintang lima. Malah aya nu make salon pribadi dokter pribadi. Atawa mun hayang pelesir ka luar nagri gampang deuih. Teuing kumaha carana nu jelas mah aya nu bisa jalan-jalan ka pantai, aya oge nu bisa lalajo tenis di stadion, jeung rea-rea deui kalakuan para koruptor nu araraheng.
Ah, rieut mikiran koruptor, mending balik deui we kana pesbuk. Klik, asup ka beranda. Aeh geus aya nu ngomentaran geuning kana status nu bieu tea. Padahal can kungsi sapuluh menit. Tetela batur ge aya nu keur on line dina mangsa janari ngagayuh ka isuk jiga kieu. Teu kurang ti limaan nu ngomentaran, dua urang nu ngacungkeun jempol alias suka. Hag siah, payu geuning status teh. Cikan, naon wae komentarna….
 Komentar pangluhurna ti Yoga Van Sukoco, babaturan SMP nu geus lila cicing di Bandung. “Satuju…….”, ceuk manehna ukur sakitu teu kurang teu leuwih.
Handapeunna aya Abina Adzkia, komentarna singget deuih, ukur “deuuu….. nu gaduh cinta….”

CARPON

KUMALAYANG
Randeg, kuring ngarandeg sakeudeung. Ngadon ngajanteng bari luak lieuk ka sisi ka gigir. Hate wuwuh beuki bingung na di mana ieu teh. Ka mana suku mawa ngalengkah? Geuning kuring bet aya di tempat nu hara-haraeun. Ngasruk di jero leuweung luwang liwung, kukurusuk dinu bala, tatarabas ka tempat nu hara-haraeun.
Ret kuring ngareret ka beulah kenca. Akar caringin pajurawet, tangkalna jangkung ngajungkiring geus janggotan, daunna ngarumpuyuk moekan sabudeureunna. Teu pati jauh di gigireunnana, harendong ngajajar gugumplukan. Kembang paselang jeung buahna rampak balungur ting pecenghul tina sela-sela daunna.   
Suku terus ngalengkah ngaliwatan areuy rarambatan. Leungeun nyuay-nyuaykeun dangdaunan nu ngahalangan. Kalakay garing nu mayak dina liliwatan tingkeresek katincak suku nu beuki gancang dilengkahkeun. Awak karasa hararampang duka pedah ku naon. Sakapeung titatarajong kana batu nu buni ku kalakay tapi kebat we da hayang geuwat kaluar ti ieu leuweung. Teu pati dirasa suku nu nyaksak garateul, kawasna mah ngagasrik daun sareni.
Jigana teu kungsi sapanyeupahan jambe, kuring anjog ka hiji mumunggang. Tetempoan plung plong ka ditu ka dieu. Lempeng di hareupeun kuring mayakpak sampalan nu pinuh ku kekembangan  nu meujeuhna mangkak. Ting arudat sagumpluk-sagumpluk. Aya nu bungur, koneng, kayas jeung beureum. Estuning ku  matak was. Seblak hate kuring pak seblak nempo kaendahan nu rarasaan mah ngan ukur kaalaman dina impian.
Kuring tanggah ka luhur. Nempo mega barodas nu mayungan langit. Liuh geuning langit teh teu moreret ku srangenge. Jigana nyamuni di satukangeun lalangse mega. Kuring neleg ciduh nu karasa mani tuhureun. Leumpang nyorang leuweung nu tadi teu burung matak hanaang. Luak lieuk kuring neangan susuganan aya cinyusu nu bisa ngabaseuhan tikoro sangkan aya tanaga pikeun neruskeun lalampahan.
Breh di kajauhan katembong aya kalangkang cai nu ngagurilap. Teu talangke kuring muru ka eta tempat bari rusuh. Napas ngahegak, kesang ngagarajag maseuhan baju bubuhan geuning ari disorang mah rada jauh oge. Teu siga katempo ti kaanggangan nu bangun deukeut. Tapi da ari dikeureuyeuh mah teu burung nepi, sanajan sakapeung mah leumpang nikreuh bakating ku cape.
Nu katempo ti kaanggangan teh sihoreng hiji talaga anu kacida asrina. Caina herang ngagenyas, dipasieup ku batu lalempar di sisi talaga. Rupa-rupa lauk patingsoloyong di tengah talaga. Tarate mangkak nembongkeun kembangna nu kayas jeung bodas estu matak narik kana ati. Cindekna kaayaan eta talaga teh wuwuh matak pikabetaheun.
Teu werat ku hanaang, kuring diuk andiprek di sisi talaga. Cai talaga nu herang tur tiis disiuk ku dua leungeun. Regot kuring nginum.
“Anaking, make batok geura nyiukna……”
Gebeg kuring ngagebeg sataker kebek. Aya sora di satukangeun. Sorana agem tapi teu matak pikasieuneun. Na saha atuh nu aya di tempat ieu?
Lalaunan sirah ngalieuk ka palebah datangna sora. Breh, teu pati anggang di tukangeun kuring aya aki-aki nu nyerangkeun. Buukna bodas, janggotna panjang. Sarua warnana bodas deuih. Make pakean sing sarwa bodas disalendangkeun kana taktakna. Rarayna siga cahayaan.
“Aaaaki…sssahaa….,” kitu nu engab tina biwir. Can pati kumpul pangacian bakat ku kaget. Asa reuwas kareureuhnakeun.
“Yap, kadieu anaking… urang di saung aki geura ngareureuhna ngarah rineh.” Pokna bari ngagupayan.
Kuring kakara rut ret ka ditu kadieu. Tadi mah teu pati malire kana kaayaan di dinya da bakat ku hanaang. Sihoreng aya saung leutik camperenik nu dijieun tina kai nu perenahna rada kaiuhan ku tatangkalan. Suku hideng ngalengkah nuturkeun si aki nu geus leumpang tiheula muru ka saungna.
Gek si aki diuk dina samak saheulay, kuring ge milu diuk rada di juru. Si aki nyician cai tina kendi nu geus nyampak di dinya kana batok nu herang mani lusnir. Song, batok diasongkeun ka kuring. Ragamang kuring narima batok. Najan rada asa-asa, cai tuluy regot diinum da tadi mah teu kebat nginum teh kagareuwahkeun ku sora si aki.
Selesep tiisna cai ngubaran tikoro nu tuhureun. Awak karasa ngadak-ngadak jagjag teu sakara-kara. Kareuwas geus sirna, kaganti ku rasa tumarima kana kahadean si aki.
“Aki teh saha atuh? Ku naon bet aya di dieu?”, kuring ngedalkeun kaheran nu minuhan dada.
Gelenyu si aki imut.
“Teu kudu nyaho aki saha. Ngan anaking….., regepkeun yeuh aki rek mere piwuruk.”
Kuring menerkeun sila, tuluy neuteup si aki ngadagoan caritaan satuluyna.
“Anaking, urang hirup di dunya teh ukur darma wawayangan. Kudu inget asal ti mana balik ka mana. Ulah sok kabawa ku sakaba-kaba. Kudu inget ka purwadaksina. Tong poho nunuhun ka Nu Kawasa nu ngayuga urang beurang jeung peuting. Urang mah sagala tuna, taya kaboga taya kabisa. Mungguhing renghapna napas urang ge estuning ku welas asihna Pangeran…”
Si aki ngarandeg sakedapan. Aya rasa nu nyaliara na jero dada kuring rumasa hirup teh loba dosa, loba ngagugulung napsu.
“Kahayang manusa mah moal aya tungtungna. Boga hiji hayang dua, boga dua hayang tilu… tuluy saterusna tepi keun ka datang mangsa titis tulis ti ajali balik ka bali geusan ngajadi. Geus kitu mah rasa hanjakal, niat rek tobat geus moal aya hartina. “ ceuk si aki bari ngusapan janggotna.
Kuring wuwuh tungkul ngayonan rasa nu ngagalura. Ngaregepkeun papatah si aki pinuh ku karumasaan.
‘Ayeuna mah, anaking…, jung geura balik ka tempat asal. Bebener laku lampah nu salah, sing heman ka sasama. Tulung tinulungan jeung pada batur da moal aya manusa nu bisa hirup nyorangan. Tapi kudu cekel masing pageuh papagon agama. Kade ulah wani-wani ngarumpak lamun hirup hayang salamet dunya aherat. “, ngagalindeng sora si aki estu nyerep kana lelembutan. Awor dina rupa-rupa rasa.
Kuniang si aki nangtung. Nyokot bungkusan ti jero pangkengna. Tuluy nyampeurkeun deui ka kuring.
“Yeuh, aki mere baju nu gede hasiatna. Ku kersaning nu Kawasa, baju ieu bakal mawa hidep balik ka tempat asal. Ngaranna baju Bondet. Rap geura pake ku hidep. Ngan poma hidep ulah rek ngalieuk ka tukang… ”
Si aki ngabeberkeun baju. Kuring cengkat, jung nangtung. Rap, baju Bondet tatambalan pamere si aki dipake ku kuring.
Hiuk… aya angin ngagelebug tarik naker barang kuring rengse make baju. Kalayang awak kabawa angin puyuh lilimbungan mumbul mingkin luhur. Katembong si aki gugupay bari imut anteb. Beuki lila beuki jauh, tungtungna les wae sama sakali teu katempo ku kuring.
Kuring ngajaul ka awang awang. Awak karasa hampang. Di sakuriling kuring mega bodas mayakpak lir kapas. Leungeun tipepereket ngeumbing kana baju Bondet pamere si aki. Dadak dumadak kuring hayang nempo deui ka si aki nju tadi. Lieuk, kuring ngalieuk ka tukang…..        
Ana gubrag teh kuring murag ti jomantara. Awak karasa remuk ninggang kana taneuh. Gustiiii, abdi tulungan…
Bray panon beunta. Rut ret ka sakuriling… na geuning kuring aya di di imah. Diriung riung ku ema jeung ku abah. Malah adi kuring oge araya kabeh. Ua, mamang bibi… Har naha mani lobaan kieu?...Kunaon ngaringhak deuih?...
“Abah…, tuh si aa gugah…”, sora adi kuring nu bungsu tarik naker.
Sarerea ngalieuk ka kuring. Gabrug, ema ngagabruk awak kuring. “Alhamdulillah…” cenah bari ngabangingik.
Kuring hareugeueun. Can pati ngarti naon nu tumiba ka diri kuring….

                                                                                                                        )*Panineungan,Mei 2012.

MENATA HATI agar tidak GALAU

MENATA HATI
agar tidak GALAU
                Hati adalah cerminan jiwa, begitu kata orang-orang bijak. Karena itu pulalah kita mengenal adanya orang yang baik hati, rendah hati, teguh hati, murah hati atau pun lembut hati. Pun kita tahu ada orang yang buruk hati, tinggi hati dan juga keras hati. Meski hanya berupa satu keping organ tubuh dalam sekian banyak organ-organ penyusun tubuh lainnya, hati mempunyai peranan vital.
            Satu noktah hitam yang mampir di hati kita jika tidak segera dibersihkan akan terus bertambah. Noktah demi noktah akhirnya akan menyelimuti hati sehingga hati tersebut menjadi hitam laksana jelaga. Dan hati yang seperti itu kita kenal dengan istilah hati yang telah mati. Dengan demikian, hati perlu dipelihara, ditata agar senantiasa menjadi hati yang bersih dan membawa ketenangan jiwa.
              Berbagai macam perasaan yang hinggap di hati akan membawa pengaruh yang tidak kecil. Kebahagiaan, kegembiraan yang dirasakan hati, mengalirkan senyum ke wajah pemiliknya. Sebaliknya kecemasan, kesedihan, ketakutan dan rasa galau seringkali mengubah aura wajah menjadi murung dan tertekuk.
            Galau diterjemahkan oleh Prof Drs. S. Wojowasito-W.J.S Poerwadarminta sebagai confused (bingung), upset (membingungkan, mengacaukan). Confused didefinisikan sebagai unable to think clearly. Sedangkan upset adalah make feel worried or unhappy. Orang yang sedang galau tidak bisa berpikir dengan jernih, sehingga dia dilanda kecemasan dan merasa tidak bahagia.
Apa yang menyebabkan orang dewasa ini banyak yang menyatakan galau? Banyak sekali faktor pencetus galau. Ada yang galau karena masalah pacar, belum ketemu jodoh, sertifikasi yang belum dapat, lamaran kerja ditolak, permohonan nuptk tak kunjung keluar, honor sudah lama tak kunjung diangkat pns, iklim usaha yang serba sulit, dan seribu satu macam alasan dinamika kehidupan manusia yang lain. 
Perasaan galau yang tidak segera dibenahi dengan benar akan berujung pada munculnya perasaan cemas (anxiety) yang bermuara pada terganggunya kesehatan mental (mental health). Kesehatan mental menurut DR. H. Syamsu Yusuf, LN. M.Pd. (2004) terkait dengan:
1). bagaimana kita memikirkan, merasakan dan melakukan berbagai situasi kehidupan    yang kita hadapi sehari-hari,
2) bagaimana kita memandang diri sendiri, kehidupan sendiri dan orang lain,
3) bagaimana kita mengevaluasi berbagai alternatif dan mengambil keputusan.
Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat (1975), kesehatan mental merupakan “terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.”
Fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap jiwa, pandangan dan keyakinan hidup, harus dapat saling membantu dan bekerja sama satu sama lain, sehingga dapat dikatakan adanya keharmonisan yang menjauhkan orang dari perasaan ragu dan bimbang serta terhindar  dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik). Itulah yang sering kali diungkapkan orang sebagai kondisi yang galau.
Untuk mengendalikan galau agar tercipta suasana hati yang sejuk perlu dikembangkan sikap-sikap:
1.      Memahami dan menerima keadaan dirinya sendiri (kelebihan dan kekurangannya) secara sehat.
2.      Memiliki komitmen diri untuk melaksananakan ajaran agama (beribadah) dengan sebaik-baiknya.
3.      Memahami masalah dan menghadapinya secara wajar, tabah atau sabar.
4.      Berprasangka baik kepada Allah dengan mampu mengambil hikmah dari musibah atau masalah yang dialami.
5.      Berlatih mengontrol emosi dan berusaha meredamnya dengan introspeksi diri.
Sudah menjadi fitrah manusia memang untuk menghendaki terkabulnya bagi sesuatu yang dianggap baik bagi dirinya. Meski sebenarnya kemampuan manusia amat terbatas untuk bisa memahami bahwa apa yang dianggap baik oleh dirinya belum tentu yang terbaik menurut Allah. Tidak sedikit manusia yang sulit menerima hal ini sehingga timbul perasaan galau di dalam hatinya. Padahal rencana Allah-lah yang paling indah untuk umatnya. Sebagai manusia kita hanya wajib untuk menyikapinya dengan berprasangka baik kepada Allah. Prasangka baik terhadap Allah, sejatinya menunjukkkan kerendahhatian kita di hadapan Allah.
Jikalau galau melanda, tak ada obat yang mujarab selain ‘back to religion’. Sebagaimana senandung Opick, ‘obat hati…itu lima perkaranya. Yang pertama baca Qur’an dan maknanya. Yang kedua, shalat malam dirikanlah, yang ketiga berkumpullah dengan orang soleh. Yang keempat perbanyaklah berpuasa, yang kelima dzikir malam perpanjanglah.”
Karena itu daripada sibuk wara wiri up-date status galau bin lebay di situs jejaring sosial, rasanya lebih baik jika kita mulai belajar menata hati agar tidak galau berkepanjangan. Saatnya bangkit untuk menatap masa depan dengan mengadaptasi spirit yang telah digelorakan para pendahulu bangsa ini beberapa puluh tahun yang lalu ketika pekik kebangkitan nasional disuarakan. Bangkit menuju terciptanya generasi emas pada dunia pendidikan di tanah air tercinta ini.