titin kustini
Rabu, 11 September 2013
tugas bahasa inggris XI PM 1 & 2 (part 1)
silakan kerjakan competency test unit 1 bagian B dan C. jawaban dikirim ke email ibu: titin_kustini@rocketmail.com
Senin, 07 Mei 2012
ARTIKEL
NO SMOKING!!!!!
Rokok merupakan candu yang
dilegalkan di banyak negara termasuk Indonesia.
Disebut candu karena memang rokok menyebabkan ketagihan pada orang yang
mengkonsumsinya. Pada tingkat yang lebih parah, akan muncul pernyataan dari
seorang perokok bahwa mereka lebih baik tidak makan daripada tidak merokok. Di
tingkat masyarakat yang berpenghasilan pas-pasan, tak jarang mereka lebih
mengutamakan uangnya untuk membeli rokok daripada untuk membeli lauk untuk
keluarganya. Bisa dibayangkan betapa dahsyat pengaruh rokok pada diri seorang
pecandu rokok.
Di sisi lain, semakin banyak orang
yang menyadari bahwa merokok merupakan
kebiasaan yang buruk, namun belum bisa menghentikan kebiasaannya tersebut. Hal
itu lebih disebabkan karena rokok telah
terlanjur menjadi simbol pergaulan di sebagian kalangan masyarakat. Sering kita
mengetahui ungkapan terima kasih seseorang yang disampaikan dengan memberikan
sebungkus rokok. Uang rokok, begitulah yang kita dengar. Sehingga tanpa
disadari terjadi proses pembiasaan merokok di masyarakat. Padahal sebenarnya
ada banyak mudharat dalam kebiasaan merokok ini.
PEMBOROSAN
Smoke is expensive habit. Begitulah,
merokok memang merupakan kebiasaan yang mahal alias boros. Kita lihat fakta
bahwa pada tahun 2008 lalu, tercatat bahwa jumlah perokok di Indonesia sudah di
atas 40 juta orang. Meskipun tidak mustahil terjadi fenomena gunung es di mana
jumlah perokok yang sesungguhnya bisa mencapai lebih dari itu. Maka yang
terjadi kemudian adalah berapa banyak keborosan yang dilakukan oleh pecandu
rokok di Indonesia.
Dengan asumsi jika seorang pecandu rokok
menghabiskan 5 batang rokok per hari dan tiap batang rokok dihargai Rp 600,-
maka tiap hari dilakukan pemborosan sebesar Rp 3000,-. Jika jumlah ini
dikalikan dengan 50 juta orang Indonesia pecandu rokok maka tak kurang dari 150
milyar rupiah dibakar beramai-ramai
setiap harinya.
Suatu jumlah yang cukup fantastis di
negara yang oleh Bank Dunia disebut sebagai bangsa miskin karena 114 juta
penduduknya memiliki penghasilan kurang dari USD 2 per hari. Pemerintah RI
sendiri mengklaim jumlah penduduk miskin ini “hanya” 40 juta orang dengan
parameter penghasilan USD 1 per orang per hari.
Seandainya saja uang 150 milyar yang
dibakar pecandu rokok beramai-ramai setiap harinya ini, digunakan untuk
membangun Rumah Sangat Sederhana (RSS) seharga 20 juta rupiah, maka akan
berhasil dibangun 7.500 buah rumah. Dalam
1 bulan 225.000 orang KK yang selama ini tidak memiliki rumah atau
menghuni kolong-kolong jembatan dan rumah-rumah kardus akan mempunyai tempat
tinggal yang layak. Bukankah akan lebih bermanfaat jika dana sebesar itu
digunakan untuk mengentaskan kemiskinan yang semakin menggurita di negeri kaya
sumber daya alam ini?
MEMATIKAN
Tak banyak orang tahu bahwa dalam
sebatang rokok terkandung 4000 zat racun yang mematikan. Memang dalam tiap
kemasan rokok bisa kita baca warning
yang bertuliskan “Merokok menyebabkan kanker, serangan jantung, gangguan
kehamilan dan janin, impotensi”. Begitu
pula dalam iklan-iklan rokok dan papan reklame. Namun sepertinya peringatan
seperti itu belum bisa memberikan efek jera bagi para pecandu rokok.
Padahal lagi-lagi fakta telah berbicara,
racun rokok telah membunuh rata-rata 39 orang Indonesia per harinya. Dan
sepertinya jumlah itu belum akan terhenti karena produksi rokok dari tahun ke
tahun terus bertambah dengan pesat seiring pertambahan jumlah penduduk. Pada
tahun 2002 produksi rokok adalah 182 milyar batang dan pada tahun 2015 nanti
diprediksi produksi rokok akan semakin tidak terbendung dan bisa mencapai 260
milyar batang.
Celakanya lagi, yang mendapat efek
mematikan ini tak hanya mereka yang menghisap rokok. Perokok pasif yang ada di
sekitar perokok aktif mendapat resiko yang jauh lebih besar. Wanita yang tidak
merokok dan anak-anak yang tidak berdosa turut menghirup racun rokok dan akan
berdampak pada kesehatan mereka.
Cukai rokok yang diterima pemerintah memang
besar. Pada tahun 2009 saja pemerintah
mendapat 48,2 triliun. Namun sesungguhnya biaya yang digunakan untuk pelayanan
kesehatan masyarakat akibat rokok jauh lebih besar daripada itu. Pengalaman pada
tahun-tahun lalu telah membuktikan hal itu.
SO, STOP
SMOKING!
Membahas masalah rokok memang tidak akan
habis-habisnya. Namun dari sedikit uraian di atas, bisa kita menyimpulkan bahwa
rokok mengandung banyak mudharat dan tidak ada manfaatnya sedikit pun. Alih-alih
rokok menghilangkan stres, sebenarnya hal itu adalah efek dari adiksi atau
kecanduan. Hanya 8 detik setelah hisapan pertama, para perokok akan segera
mendapatkan rasa rileks yang sebetulnya adalah pemenuhan tuntutan nikotin pada
syaraf-syaraf di otaknya. Ketika syaraf-syaraf tersebut menagih nikotin yang
selalu disuplai lewat kebiasaan merokok, dia akan merasa tertekan dan tak dapat
memusatkan pikirannya. Rasa tak nyaman itu akan hilang bila ia kembali merokok.
Begitulah seterusnya, yang terjadi kemudian adalah lingkaran setan yang tak
pernah berujung jika tidak ada kesadaran kita untuk menghentikannya.
Sayang jika rezeki yang kita peroleh
disia-siakan tanpa manfaat. Dan lebih sayang lagi jika kita mengetahui bahwa
saham sebuah perusahaan rokok terkenal beberapa tahun lalu telah dibeli 97%-nya
oleh pengusaha Yahudi / Zionis. Dengan membeli rokok produksi perusahaan
tersebut berarti kita telah mendukung keuangan untuk persenjataan Israel yang
oleh negara ini selanjutnya digunakan untuk membunuhi saudara kita Muslim
Palestina.
Fatwa haram rokok MUI selayaknya
disambut dengan baik. Fatwa ini juga merupakan fatwa yang santun karena
melarang merokok apalagi bila di tempat umum. Memang, karena rokok membahayakan.
Mengenai hal ini, jauh-jauh hari Rasulullah telah bersabda dalam sebuah Hadist
yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah bahwa janganlah kita membahayakan diri
sendiri dan janganlah kita membahayakan orang lain. Rokok terbukti membahayakan
diri sendiri dan juga membahayakan orang lain.
Beberapa pihak memang mengkhawatirkan
dampak fatwa ini terhadap nasib ribuan para petani tembakau dan buruh
perusahaan rokok. Namun dengan berkaca dari kisah masa lalu, di mana ketika
turun ayat yang mengharamkan Khamr, semua penduduk Madinah yang gemar minum
khamr serentak membuang semua persediaan khamr yang ada. Madinah banjir khamr.
Demikian pula saat ini, rasanya akan lebih bijak jika kita meyakini bersama
bahwa bumi Allah itu luas. Rezeki tak hanya datang dari satu arah, bahkan bisa
datang dari arah yang tak disangka-sangka. Wallahu a`lam.
CARPON
STATUS
Wanci
beuki nyerelek ka tengah peuting. Hanca pagawean teh tacan anggeus keneh wae
geuning. Sakitu panon geus rada belel molototan layar komputer ti saprak beres
solat Isya. Ah, mending tunda we heula da teu kuat geus cangkeul. Jeung geus
rada teu purun deuih. Isukan rek diteruskeunna. Pagawean mah moal nunuturkeun
ieuh.
Goledag
awak ngagoledag kana kasur. Ragamang leungeun nyokot HP nu geus meunang ngecas.
Sisinarieun geuning mani simpe teu aya nu ngasms-sms acan. Ka marana nya si
Andri, si Otong nu sok rajeun pisan ngiriman sms ngaco nu meunang nga-forward
tea. Sakapeung sok pikasebeleun tah smsna teh. Tapi nya lumayan oge ari nu
pikaseurieun mah, teu burung sok hayang ngabarakatak. Nu masih diinget ku
kuring salah sahiji smsna teh kieu:
Hayu urang nyandak pelajaran ti
alam Ghoib:
TUYUL, leutik-leutik geus bisa
ngala duit sorangan…. MANDIRI.
KUNTILANAK, susah senang tara
eureun-eureun seuseurian hihihihi…..SELALU OPTIMIS.
POCONG, bajuna angger tara
gonta-ganti…. SEDERHANA.
NYI RORO KIDUL, sanajan di laut
tara make bikini….SOPAN.
JAELANGKUNG, datang tak dijemput,
pulang tak diantar…..TARA NGAHESEKEUN BATUR.
Tuh,
pan aya-aya wae smsna teh.
Ari
si Enung, si Olin jeung si Yanti mah sok getol ngiriman sms mutiara teuing
meunang ti mana tah. Nu puguh mah eusina sok munel pisan loba pulunganeunana.
Ari smsna nu alus mah tara langsung dipupus, sok di-save heula ngarah aya
teang-teangeun. Da lumayan atuh mun keur teu parurun nanaoun, ari macaan sms
mutiara nu eusina motivasi mah, geuning sok rada sumanget deui. Geura we titenan
ieu eusi sms nu dikirim ku Olin:
Daun yang jatuh tak pernah MEMBENCI
angin.
Bahwa hidup harus menerima… dengan
penerimaan yang INDAH.
Bahwa hidup harus mengerti… dengan
pengertian yang BENAR.
Bahwa hidup harus memahami…..
dengan pemahaman yang TULUS.
Tak peduli lewat apa penerimaan,
pengertian dan pemahaman itu datang….
Tak masalah meski lewat kejadian
yang SEDIH dan MENYAKITKAN….
Kitu
geuning, rupa-rupa pisan tingkah paripolah babaturan teh. Tapi nu puguh mah
bungah we asa haneuteun boga babaturan teu weleh ngahubungan sanajan maranehna
boga kasibukan sewang-sewangan oge. Ayeuna sms we kitu ku kuring? Ah, tapi
karunya geus peuting teuing bisi geus sarare. Mending muka pesbuk, ongkoh geus
lila tara muka-muka.
Truk
trek truk trek, leungeun mencetan tombol HP. Berebet kakaca pesbuk muka. Euleuh
geuning mani loba nu menta dikonfirmasi hayang berteman. Jadi memeh nempoan
status batur mending konfirmasian we heula, karunya…
Beres
ngonfirmasian, kuring macaan status nu geus aya. Rek ngomentaran mun aya nu
rame mah. Tapi tepi ka kakaca handap, asa teu aya nu perlu dikomentaran. Malah
asa loba keneh nu lebay batan nu serius mah. Atuh mending nyieun status we ah, hayang nyaho
aya nu ngomentaran ta henteu engkena.
Kuring
ngahuleng sajongjonan. Neangan ide keur nyieun status. Jorelat aya ide, asa
alus yeuh mun ditaekkeun kana pesbuk sabab ieu mah datangna tina hate, estuning
lain ukur lebay atawa hayang gagayaan. Terektek we kuring nulis…
Aku punya cinta
Yang dengannya aku
hidup…
Dengannya aku kuat…
Dengannya aku tertawa,
menangis,berbagi…
Dengannya aku
berjuang…untuk sesuatu yang ingin kuraih…
Dengannya tiadaku
menjadi ada…
Dengannya mustahilku
menjadi mungkin…
Dengannya pula aku akan
mati….
Menemui cinta
sejatiku….
Beres.
Klik kuring mencet tombol, bagikeun… Keun hayang nyaho aya nu komentar atawa
minimal ngaklik suka ta moal. Tapi da ketang, teu hayang-hayang teuing
dikomentaran. Ieu mah curhat we, ngedalkeun eusi hate. Meungpeung keur rada
reugeujeug hehehe…..
Bari
nungguan komentar, kuring mukaan heula google. Neangan berita naon nya? Ah
enya, hayang nyaho mobil esemka ah. Lain nanaon, kuring ngarasa reueus, barudak
SMK urang geus mampuh nyieun mobil sorangan. Pan hebat lin?
Dina
berita pangluhurna eces ngajeblag: “Mobil esemka telah mengundang apresiasi
dari banyak pihak. Indent mobil ini telah mencapai 5000 unit. Pemerintah diharapkan
untuk mengakomodasi dan memfasilitasi agar mobil ini bisa segera diproduksi secara
massal.”
Tuh,
geuning mani geus loba kitu nu hayang make mobil esemka. Geus sakuduna
pamarentah ngajungjungkeun ka produksi hasil karya budak bangsa sorangan. Ulah
tepi ka aset jalma Indonesia nu palinter teh kalah ka dimangpaatkeun ku luar
nagri sabab sasatna dimomorekeun di nagara sorangannana mah.
Ti
mobil esemka, tuluy mukaan berita kana pesawat nu sarua keneh buatan budak SMK,
ngan ieu mah di Bandung. Tapi eusi beritana asa rada matak heneg saeutik,
pajarkeun teh “Pesawat buatan anak-anak SMK di Bandung telah berbulan-bulan
teronggok menunggu izin terbang yang tak kunjung didapatkan.”
Haruh….,
kumaha atuh masalah idin wae ge mani hese. Kuduna mah tuluy dibere fasilitas pikeun
kamajuan tehnologi bangsa teh ambeh teu beuki jauh tinggaleun ti bangsa
deungeun. Bere peluang barudak palinter nu bisa ngangkat ajen bangsa di mata internasional.
Ajen bangsa nu geus rawing dijejewet disasaak ku koruptor. Pan reueus lin mun
urang milu makalangan dina hal tehnologi di antara nagara-nagara di dunya. Entong
dina masalah korupsi we bangsa urang meunang juara teh.
Teuing
kumaha tah korupsi bet mani beuki meuweuh we ti taun ka taun. Para koruptor
siga geus leungit kaera. Beuki pagede-gede nilep duit nagara duit rahayat.
Perkara gampang KPK mah. Hukum ceuk manehna bisa dibeuli. Korupsi milyar-milyar
malah triliun-triliun tapi dihukum panjara paling ukur lima taun dalapan
taun. Di
panjarana teu susah teu sing keur maranehna koruptor nu loba duit ladang
maling duit rahayat mah. Ruang panjara nu kuduna mah nya heureut nya sumpek,
bisa disulap jadi rohangan mewah satarap hotel bintang lima. Malah aya nu make
salon pribadi dokter pribadi. Atawa mun hayang pelesir ka luar nagri gampang
deuih. Teuing kumaha carana nu jelas mah aya nu bisa jalan-jalan ka pantai, aya
oge nu bisa lalajo tenis di stadion, jeung rea-rea deui kalakuan para koruptor
nu araraheng.
Ah,
rieut mikiran koruptor, mending balik deui we kana pesbuk. Klik, asup ka
beranda. Aeh geus aya nu ngomentaran geuning kana status nu bieu tea. Padahal
can kungsi sapuluh menit. Tetela batur ge aya nu keur on line dina mangsa
janari ngagayuh ka isuk jiga kieu. Teu kurang ti limaan nu ngomentaran, dua
urang nu ngacungkeun jempol alias suka. Hag siah, payu geuning status teh.
Cikan, naon wae komentarna….
Komentar pangluhurna ti Yoga Van Sukoco,
babaturan SMP nu geus lila cicing di Bandung. “Satuju…….”, ceuk manehna ukur
sakitu teu kurang teu leuwih.
Handapeunna
aya Abina Adzkia, komentarna singget deuih, ukur “deuuu….. nu gaduh cinta….”
CARPON
KUMALAYANG
Randeg,
kuring ngarandeg sakeudeung. Ngadon ngajanteng bari luak lieuk ka sisi ka
gigir. Hate wuwuh beuki bingung na di mana ieu teh. Ka mana suku mawa
ngalengkah? Geuning kuring bet aya di tempat nu hara-haraeun. Ngasruk di jero
leuweung luwang liwung, kukurusuk dinu bala, tatarabas ka tempat nu
hara-haraeun.
Ret
kuring ngareret ka beulah kenca. Akar caringin pajurawet, tangkalna jangkung
ngajungkiring geus janggotan, daunna ngarumpuyuk moekan sabudeureunna. Teu pati
jauh di gigireunnana, harendong ngajajar gugumplukan. Kembang paselang jeung buahna
rampak balungur ting pecenghul tina sela-sela daunna.
Suku
terus ngalengkah ngaliwatan areuy rarambatan. Leungeun nyuay-nyuaykeun
dangdaunan nu ngahalangan. Kalakay garing nu mayak dina liliwatan tingkeresek
katincak suku nu beuki gancang dilengkahkeun. Awak karasa hararampang duka
pedah ku naon. Sakapeung titatarajong kana batu nu buni ku kalakay tapi kebat
we da hayang geuwat kaluar ti ieu leuweung. Teu pati dirasa suku nu nyaksak
garateul, kawasna mah ngagasrik daun sareni.
Jigana
teu kungsi sapanyeupahan jambe, kuring anjog ka hiji mumunggang. Tetempoan
plung plong ka ditu ka dieu. Lempeng di hareupeun kuring mayakpak sampalan nu
pinuh ku kekembangan nu meujeuhna
mangkak. Ting arudat sagumpluk-sagumpluk. Aya nu bungur, koneng, kayas jeung
beureum. Estuning ku matak was. Seblak
hate kuring pak seblak nempo kaendahan nu rarasaan mah ngan ukur kaalaman dina
impian.
Kuring
tanggah ka luhur. Nempo mega barodas nu mayungan langit. Liuh geuning langit
teh teu moreret ku srangenge. Jigana nyamuni di satukangeun lalangse mega.
Kuring neleg ciduh nu karasa mani tuhureun. Leumpang nyorang leuweung nu tadi
teu burung matak hanaang. Luak lieuk kuring neangan susuganan aya cinyusu nu
bisa ngabaseuhan tikoro sangkan aya tanaga pikeun neruskeun lalampahan.
Breh
di kajauhan katembong aya kalangkang cai nu ngagurilap. Teu talangke kuring
muru ka eta tempat bari rusuh. Napas ngahegak, kesang ngagarajag maseuhan baju
bubuhan geuning ari disorang mah rada jauh oge. Teu siga katempo ti kaanggangan
nu bangun deukeut. Tapi da ari dikeureuyeuh mah teu burung nepi, sanajan
sakapeung mah leumpang nikreuh bakating ku cape.
Nu
katempo ti kaanggangan teh sihoreng hiji talaga anu kacida asrina. Caina herang
ngagenyas, dipasieup ku batu lalempar di sisi talaga. Rupa-rupa lauk
patingsoloyong di tengah talaga. Tarate mangkak nembongkeun kembangna nu kayas
jeung bodas estu matak narik kana ati. Cindekna kaayaan eta talaga teh wuwuh
matak pikabetaheun.
Teu
werat ku hanaang, kuring diuk andiprek di sisi talaga. Cai talaga nu herang tur
tiis disiuk ku dua leungeun. Regot kuring nginum.
“Anaking,
make batok geura nyiukna……”
Gebeg
kuring ngagebeg sataker kebek. Aya sora di satukangeun. Sorana agem tapi teu
matak pikasieuneun. Na saha atuh nu aya di tempat ieu?
Lalaunan
sirah ngalieuk ka palebah datangna sora. Breh, teu pati anggang di tukangeun
kuring aya aki-aki nu nyerangkeun. Buukna bodas, janggotna panjang. Sarua
warnana bodas deuih. Make pakean sing sarwa bodas disalendangkeun kana
taktakna. Rarayna siga cahayaan.
“Aaaaki…sssahaa….,”
kitu nu engab tina biwir. Can pati kumpul pangacian bakat ku kaget. Asa reuwas
kareureuhnakeun.
“Yap,
kadieu anaking… urang di saung aki geura ngareureuhna ngarah rineh.” Pokna bari
ngagupayan.
Kuring
kakara rut ret ka ditu kadieu. Tadi mah teu pati malire kana kaayaan di dinya
da bakat ku hanaang. Sihoreng aya saung leutik camperenik nu dijieun tina kai
nu perenahna rada kaiuhan ku tatangkalan. Suku hideng ngalengkah nuturkeun si
aki nu geus leumpang tiheula muru ka saungna.
Gek
si aki diuk dina samak saheulay, kuring ge milu diuk rada di juru. Si aki
nyician cai tina kendi nu geus nyampak di dinya kana batok nu herang mani
lusnir. Song, batok diasongkeun ka kuring. Ragamang kuring narima batok. Najan
rada asa-asa, cai tuluy regot diinum da tadi mah teu kebat nginum teh
kagareuwahkeun ku sora si aki.
Selesep
tiisna cai ngubaran tikoro nu tuhureun. Awak karasa ngadak-ngadak jagjag teu
sakara-kara. Kareuwas geus sirna, kaganti ku rasa tumarima kana kahadean si
aki.
“Aki
teh saha atuh? Ku naon bet aya di dieu?”, kuring ngedalkeun kaheran nu minuhan
dada.
Gelenyu
si aki imut.
“Teu
kudu nyaho aki saha. Ngan anaking….., regepkeun yeuh aki rek mere piwuruk.”
Kuring
menerkeun sila, tuluy neuteup si aki ngadagoan caritaan satuluyna.
“Anaking,
urang hirup di dunya teh ukur darma wawayangan. Kudu inget asal ti mana balik
ka mana. Ulah sok kabawa ku sakaba-kaba. Kudu inget ka purwadaksina. Tong poho
nunuhun ka Nu Kawasa nu ngayuga urang beurang jeung peuting. Urang mah sagala
tuna, taya kaboga taya kabisa. Mungguhing renghapna napas urang ge estuning ku
welas asihna Pangeran…”
Si
aki ngarandeg sakedapan. Aya rasa nu nyaliara na jero dada kuring rumasa hirup
teh loba dosa, loba ngagugulung napsu.
“Kahayang
manusa mah moal aya tungtungna. Boga hiji hayang dua, boga dua hayang tilu…
tuluy saterusna tepi keun ka datang mangsa titis tulis ti ajali balik ka bali
geusan ngajadi. Geus kitu mah rasa hanjakal, niat rek tobat geus moal aya
hartina. “ ceuk si aki bari ngusapan janggotna.
Kuring
wuwuh tungkul ngayonan rasa nu ngagalura. Ngaregepkeun papatah si aki pinuh ku
karumasaan.
‘Ayeuna
mah, anaking…, jung geura balik ka tempat asal. Bebener laku lampah nu salah,
sing heman ka sasama. Tulung tinulungan jeung pada batur da moal aya manusa nu
bisa hirup nyorangan. Tapi kudu cekel masing pageuh papagon agama. Kade ulah
wani-wani ngarumpak lamun hirup hayang salamet dunya aherat. “, ngagalindeng
sora si aki estu nyerep kana lelembutan. Awor dina rupa-rupa rasa.
Kuniang
si aki nangtung. Nyokot bungkusan ti jero pangkengna. Tuluy nyampeurkeun deui
ka kuring.
“Yeuh,
aki mere baju nu gede hasiatna. Ku kersaning nu Kawasa, baju ieu bakal mawa
hidep balik ka tempat asal. Ngaranna baju Bondet. Rap geura pake ku hidep. Ngan
poma hidep ulah rek ngalieuk ka tukang… ”
Si
aki ngabeberkeun baju. Kuring cengkat, jung nangtung. Rap, baju Bondet
tatambalan pamere si aki dipake ku kuring.
Hiuk…
aya angin ngagelebug tarik naker barang kuring rengse make baju. Kalayang awak
kabawa angin puyuh lilimbungan mumbul mingkin luhur. Katembong si aki gugupay
bari imut anteb. Beuki lila beuki jauh, tungtungna les wae sama sakali teu
katempo ku kuring.
Kuring
ngajaul ka awang awang. Awak karasa hampang. Di sakuriling kuring mega bodas
mayakpak lir kapas. Leungeun tipepereket ngeumbing kana baju Bondet pamere si
aki. Dadak dumadak kuring hayang nempo deui ka si aki nju tadi. Lieuk, kuring
ngalieuk ka tukang…..
Ana
gubrag teh kuring murag ti jomantara. Awak karasa remuk ninggang kana taneuh.
Gustiiii, abdi tulungan…
Bray
panon beunta. Rut ret ka sakuriling… na geuning kuring aya di di imah. Diriung
riung ku ema jeung ku abah. Malah adi kuring oge araya kabeh. Ua, mamang bibi…
Har naha mani lobaan kieu?...Kunaon ngaringhak deuih?...
“Abah…,
tuh si aa gugah…”, sora adi kuring nu bungsu tarik naker.
Sarerea
ngalieuk ka kuring. Gabrug, ema ngagabruk awak kuring. “Alhamdulillah…” cenah
bari ngabangingik.
Kuring
hareugeueun. Can pati ngarti naon nu tumiba ka diri kuring….
)*Panineungan,Mei
2012.
MENATA HATI agar tidak GALAU
MENATA HATI
agar
tidak GALAU
Hati adalah cerminan
jiwa, begitu kata orang-orang bijak. Karena itu pulalah kita mengenal adanya
orang yang baik hati, rendah hati, teguh hati, murah hati atau pun lembut hati.
Pun kita tahu ada orang yang buruk hati, tinggi hati dan juga keras hati. Meski
hanya berupa satu keping organ tubuh dalam sekian banyak organ-organ penyusun
tubuh lainnya, hati mempunyai peranan vital.
Satu noktah hitam yang mampir di
hati kita jika tidak segera dibersihkan akan terus bertambah. Noktah demi
noktah akhirnya akan menyelimuti hati sehingga hati tersebut menjadi hitam
laksana jelaga. Dan hati yang seperti itu kita kenal dengan istilah hati yang
telah mati. Dengan demikian, hati perlu dipelihara, ditata agar senantiasa
menjadi hati yang bersih dan membawa ketenangan jiwa.
Berbagai
macam perasaan yang hinggap di hati akan membawa pengaruh yang tidak kecil.
Kebahagiaan, kegembiraan yang dirasakan hati, mengalirkan senyum ke wajah
pemiliknya. Sebaliknya kecemasan, kesedihan, ketakutan dan rasa galau
seringkali mengubah aura wajah menjadi murung dan tertekuk.
Galau diterjemahkan oleh Prof Drs.
S. Wojowasito-W.J.S Poerwadarminta sebagai confused
(bingung), upset (membingungkan,
mengacaukan). Confused didefinisikan sebagai unable to think clearly. Sedangkan upset adalah make feel worried or unhappy. Orang yang
sedang galau tidak bisa berpikir dengan jernih, sehingga dia dilanda kecemasan
dan merasa tidak bahagia.
Apa
yang menyebabkan orang dewasa ini banyak yang menyatakan galau? Banyak sekali faktor
pencetus galau. Ada yang galau karena masalah pacar, belum ketemu jodoh,
sertifikasi yang belum dapat, lamaran kerja ditolak, permohonan nuptk tak
kunjung keluar, honor sudah lama tak kunjung diangkat pns, iklim usaha yang
serba sulit, dan seribu satu macam alasan dinamika kehidupan manusia yang
lain.
Perasaan
galau yang tidak segera dibenahi dengan benar akan berujung pada munculnya
perasaan cemas (anxiety) yang
bermuara pada terganggunya kesehatan mental (mental health). Kesehatan mental menurut DR. H. Syamsu Yusuf, LN.
M.Pd. (2004) terkait dengan:
1). bagaimana kita memikirkan, merasakan
dan melakukan berbagai situasi kehidupan
yang kita hadapi sehari-hari,
2)
bagaimana kita memandang diri sendiri, kehidupan sendiri dan orang lain,
3)
bagaimana kita mengevaluasi berbagai alternatif dan mengambil keputusan.
Sedangkan
menurut Zakiyah Daradjat (1975), kesehatan mental merupakan “terwujudnya
keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai
kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi, dan merasakan
secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.”
Fungsi-fungsi
jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap jiwa, pandangan dan keyakinan hidup,
harus dapat saling membantu dan bekerja sama satu sama lain, sehingga dapat
dikatakan adanya keharmonisan yang menjauhkan orang dari perasaan ragu dan
bimbang serta terhindar dari kegelisahan
dan pertentangan batin (konflik). Itulah yang sering kali diungkapkan orang
sebagai kondisi yang galau.
Untuk
mengendalikan galau agar tercipta suasana hati yang sejuk perlu dikembangkan
sikap-sikap:
1. Memahami
dan menerima keadaan dirinya sendiri (kelebihan dan kekurangannya) secara
sehat.
2. Memiliki
komitmen diri untuk melaksananakan ajaran agama (beribadah) dengan
sebaik-baiknya.
3. Memahami
masalah dan menghadapinya secara wajar, tabah atau sabar.
4. Berprasangka
baik kepada Allah dengan mampu mengambil hikmah dari musibah atau masalah yang
dialami.
5. Berlatih
mengontrol emosi dan berusaha meredamnya dengan introspeksi diri.
Sudah
menjadi fitrah manusia memang untuk menghendaki terkabulnya bagi sesuatu yang
dianggap baik bagi dirinya. Meski sebenarnya kemampuan manusia amat terbatas
untuk bisa memahami bahwa apa yang dianggap baik oleh dirinya belum tentu yang
terbaik menurut Allah. Tidak sedikit manusia yang sulit menerima hal ini
sehingga timbul perasaan galau di dalam hatinya. Padahal rencana Allah-lah yang
paling indah untuk umatnya. Sebagai manusia kita hanya wajib untuk menyikapinya
dengan berprasangka baik kepada Allah. Prasangka baik terhadap Allah, sejatinya
menunjukkkan kerendahhatian kita di hadapan Allah.
Jikalau
galau melanda, tak ada obat yang mujarab selain ‘back to religion’. Sebagaimana senandung Opick, ‘obat hati…itu lima perkaranya. Yang pertama
baca Qur’an dan maknanya. Yang kedua, shalat malam dirikanlah, yang ketiga
berkumpullah dengan orang soleh. Yang keempat perbanyaklah berpuasa, yang
kelima dzikir malam perpanjanglah.”
Karena
itu daripada sibuk wara wiri up-date
status galau bin lebay di situs jejaring sosial, rasanya lebih baik jika kita
mulai belajar menata hati agar tidak galau berkepanjangan. Saatnya bangkit
untuk menatap masa depan dengan mengadaptasi spirit yang telah digelorakan para
pendahulu bangsa ini beberapa puluh tahun yang lalu ketika pekik kebangkitan nasional
disuarakan. Bangkit menuju terciptanya generasi emas pada dunia pendidikan di
tanah air tercinta ini.
Langganan:
Postingan (Atom)